Penyihir Gibhrini dan Telur Hijau
aku maU dongeng nieh, ini dOngeng aku ambil dari buku Dongeng pustaka Ola.
"Reclan esoch !" puluhan kali mantra itu terlontar. Gibhrini mengayunkan tongkatnya untuk mencari Telur Hijau ajaibnya yang hilang. Telur Hijau itu akan ia hadiahkan kepada Emerlyn, keponakannya yang akan datang sore ini.
Sebenarnya Gibhrini adalah penyihir yang baik hati. Akan tetapi, ia sangat mudah marah bila keshilangan sesuatu. 'Akan kuberi pelajaran pencuri itu !" ucap Gibhrini marah.
Syelenfa, tetangganya yang penyabar dan bijaksana mendengar teriakan marah itu. "Apa yang membuatmu begitu marah Gibhrini?" tanya Syelenfa. "Aku sudah susah payah membuat Telur Hijau untuk keponakanku. Tapi telur itu dicuri waktu aku mencari jamur asap dihutan!"
"Tenanglah, Gibhrini. Aku akan menolongmu," Syelenfa menenangkan. Ia pergi kerumahnya dan kembali membawa sebuah lentera perak dengan api emas diatasnya. "Ini pusaka keluargaku! Lentera perak ini akan memberitahu kita, siapa pencuri Telur Hijau itu."
Syelenfa mulai mengayunkan tongkatanya. Ia melempar segenggam pasir dari kantung yang dibawanya. Sekilas tampak kilau kuning pasir yang ditebar Syelenfa. "Remoitmen Ej Qui Ruelov Des!" Syelenfa mengucapkan mantra. Seketika itu juga api emas berkobarr dan menampakkan sesosok kurcaci kecil bermata kecil dan berambut Ungu. Hhi :))
"Itu Ficho!" teriak Gibhrini marah. "Dasar pencuri kecil!" Segera Gibhrini mengambil sapu terbangnya dan terbang ke rumah Ficho. Syelenfa mengikuti dari belakang. " Revirra Riovuelp Rion Erdouf!" Gibhrini melontarkan mantra di atas rumah Ficho. Dalam sekejab awan hitam menggulung di atas rumah Ficho.
"Ficho, di mana Telur Hijau milikku?" teriak Gibrini kepada Ficho. "Tunggu Gibhrini ! Apa yang terjadi? Apa salahku?" "Kau telah mencuri Telur Hijauku!" "Aku tidak mencuri Telur Hijaumu!" "Lalu, siapa pencuri yang mencuri Telur Hijauku kalu buakn kau ?" "Bukan aku! Tanya saja kepada bunga Niarent di kebunku!" Jawab Ficho. "Benar, Gibhrini cobalah kau tanya. Tidak ada salahnya, kan? Lagipula bunga Niarent selalu berkata jujur," saran Syelenfa. "Baiklah!" Gibhrini bergegas menjuju kebun. "Erecnis!" tongkat sihir Gibhrini tertuju paada bunga Niarent. Bunga Niarent pun mulai bergoyang lemah. "Beritahu aku, bagaimana Telur Hijauku sampai di kebun Ficho?" "Seorang penyihir berbaju hitam menjatuhkannya saat ia terbang ke timur pagi tadi,"nyanyi bunga Niarent sambil bergoyang bagai ditiup angin. Sesaat Gibhrini terdiam mengingat-ingat.
"Tidak, itu adalah aku. Saat pulang dari hutan mencari jamur asap, aku terbang terburu-buru membawa Telur Hijau di dalam tasku. Oh, bodohnya aku! Pasti jamur asap telah melubangi tasku dengan racun asamnya! Telur itu jatuh dari tasku!" "Sudahlah Gibhrini. Semua itu bukan salahmu. Kau hanya harus berhati-hati," Syelenfa menasihati.
"Ya, terimakasih Syelenfa. Dan Ficho, maafkan aku atas tindakan bodohku,' ujar Gibhrini menyesal. 'Tidak apa, Gibhrini. Aku mengerti," ucap Ficho sambil menyerahkan Telur Hijau kepada Gibhrini.
Sebagai ucapan terima kasih, Gibhrini memberikan Ficho sekantung serbuk bintang mutiara yang sangat indah bila ditebar di malam hari.
baguz ga' ceritanya . . . .hehee . . .
jari-jariku sampe' pOtel nuliz . ithu . . .hohoho. :))
Komentar
Posting Komentar